Penerbit: Pekan Ilmu Publication
Tahun Pertama Terbit: -
Jumlah Halaman : 224
Menyimak judul novel yang satu ini sungguh menarik. Betapa tidak, judul “
Papa : Akhirnya Kau Tewas Juga!” (dalam pengertian Bahasa Indonesia)
seolah-olah sebuah umpatan atau kelegaan karena sang papa akhirnya
meninggal. Sepintas, novel ini seolah bercerita kebencian pada sosok
papa. Tapi tunggu dulu, jangan buru-buru menghakimi. Sebab novel ini
bukan berasal dari Indonesia melainkan negeri seberang, Malaysia. Dalam
bahasa Malaysia, judul tersebut di atas menyiratkan kesedihan atau
mungkin juga sebuah duka. Apapun itu, yang pasti novel ini merupakan
salah satu karya sastra terbaik di Negeri Jiran. Bahkan ia dimasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan bahasa anak-anak Malaysia. Ia menjadi bacaan
wajib. Bagaimana keseluruhan cerita novel ini?
Sera umum, novel ini berkisah mengenai kehidupan keluarga Intan Julia atau yang biasa dipanggil Ju. Ia memiliki papa dan mama yang begitu mesra dan saling menyayangi. Papa Julia sangat mencintai mamanya, sebab ia seolah penyelamat dirinya setelah berkali-kali mengalami kegagalan dengan beberapa wanita di masa lalunya. Kebahagiaan keluarga ini kemudian diuji saat sang mama mengandung anak kembar. Saat hendak melahirkan, ia mengalami komplikasi hebat yang kemudian menjadikan ia koma. Papa dan Injan Julia berusaha bersabar dan ikhlas menjaga dan menunggui mama. Mereka berharap suatu saat mama kembali sadar.
Dalam masa menunggu tersebut, papa Julia merasakan kesepian yang luar biasa. Hidupnya seperti hampa. Namun, sejak ia dekat dengan Aisyah yang juga muridnya, ia kembali merasakan apa itu bahagia. Ia tahu istrinya masih hidup tetapi ia tak mampu merasakannya lagi sebab ia koma berkepanjangan. Akhirnya, meski ditentang oleh Julia, papa kemudian memutuskan untuk menikahi Aisyah. Julia tidak setuju namun ia akhirnya tak bisa berkata apa-apa sebab Mak Cik Noraini mendesaknya agar kasihan pada kondisi papanya.
Celakanya, setelah beberapa waktu papa menikah dengan Aisyah, secara ajaib mama sadar dari komanya yang panjang. Hal ini sangat memukul jiwa papa. Ia melihat dengan jelas kemarahan di mata mama, istrinya. Ia murka atas keberadaan Aisyah. Ia marah karena papa, suaminya, menikah dengan Aisyah sementara ia masih hidup. Namun, selang beberapa waktu, kondisi mama kembali memburuk. Pada akhirnya ia meninggal di pangkuan papa masih dalam amarahnya. Sang papa sangat sedih hingga ia diceritakan mengucurkan air mata tak berkepalang.
Secara umum cerita ini bisa dikategorikan cerita keluarga. Meski ada intrik kisah cinta Intan Julia dengan Rasylan yang tak disetujui, namun konflik utama kisah ini adalah persoalan keluarga yang dialami semua tokohnya. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dimana pencerita terlibat sangat aktif di dalam keseluruhan cerita yang dibangun. Ia juga terkesan mengutamakan monolog ketimbang dialog, hal yang lazim dijumpai pada novel dengan sudut pandang orang pertama.
Novel ini menarik untuk dibaca, meski mungkin sangat sulit mendapatkannya di Indonesia.
Sera umum, novel ini berkisah mengenai kehidupan keluarga Intan Julia atau yang biasa dipanggil Ju. Ia memiliki papa dan mama yang begitu mesra dan saling menyayangi. Papa Julia sangat mencintai mamanya, sebab ia seolah penyelamat dirinya setelah berkali-kali mengalami kegagalan dengan beberapa wanita di masa lalunya. Kebahagiaan keluarga ini kemudian diuji saat sang mama mengandung anak kembar. Saat hendak melahirkan, ia mengalami komplikasi hebat yang kemudian menjadikan ia koma. Papa dan Injan Julia berusaha bersabar dan ikhlas menjaga dan menunggui mama. Mereka berharap suatu saat mama kembali sadar.
Dalam masa menunggu tersebut, papa Julia merasakan kesepian yang luar biasa. Hidupnya seperti hampa. Namun, sejak ia dekat dengan Aisyah yang juga muridnya, ia kembali merasakan apa itu bahagia. Ia tahu istrinya masih hidup tetapi ia tak mampu merasakannya lagi sebab ia koma berkepanjangan. Akhirnya, meski ditentang oleh Julia, papa kemudian memutuskan untuk menikahi Aisyah. Julia tidak setuju namun ia akhirnya tak bisa berkata apa-apa sebab Mak Cik Noraini mendesaknya agar kasihan pada kondisi papanya.
Celakanya, setelah beberapa waktu papa menikah dengan Aisyah, secara ajaib mama sadar dari komanya yang panjang. Hal ini sangat memukul jiwa papa. Ia melihat dengan jelas kemarahan di mata mama, istrinya. Ia murka atas keberadaan Aisyah. Ia marah karena papa, suaminya, menikah dengan Aisyah sementara ia masih hidup. Namun, selang beberapa waktu, kondisi mama kembali memburuk. Pada akhirnya ia meninggal di pangkuan papa masih dalam amarahnya. Sang papa sangat sedih hingga ia diceritakan mengucurkan air mata tak berkepalang.
Secara umum cerita ini bisa dikategorikan cerita keluarga. Meski ada intrik kisah cinta Intan Julia dengan Rasylan yang tak disetujui, namun konflik utama kisah ini adalah persoalan keluarga yang dialami semua tokohnya. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama dimana pencerita terlibat sangat aktif di dalam keseluruhan cerita yang dibangun. Ia juga terkesan mengutamakan monolog ketimbang dialog, hal yang lazim dijumpai pada novel dengan sudut pandang orang pertama.
Novel ini menarik untuk dibaca, meski mungkin sangat sulit mendapatkannya di Indonesia.